Desa Ganra

Kec. Ganra
Kab. Soppeng - Sulawesi Selatan

Info
Tetap Patuhi Protokol Kesehatan Dimana pun Anda Berada

Artikel

Sejarah Desa

Administrator

26 Agustus 2016

415 Kali dibuka

            Ganra adalah salah satu desa yang ada di Kabupaten Soppeng. Daerah tersebut dulunya merupakan desa yang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Liliriaja. Akan tetapi pada tahun 2002 karna atas desakan masyarakat desa Ganra beserta masyarakat desa sekitarnya seperti desa Enrekeng, Belo dan Lompulle akhirnya dibentuklah sebuah kecamatan baru yang disepakati oleh masyarakat bernama Kecamatan Ganra. Dengan dimekarkannya Kecamatan Ganra maka manfaat yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat khususnya desa Ganra yaitu mudahya akses kantor kecamatan, mereka tidak lagi harus jauh-jauh ke Cangadi (Ibu Kota Kec. Liliriaja) untuk melakukan pengurusan administrasi kependudukan dan termasuk ketika acara Hari Kemerdekaan (17 Agustus) siswa-siswa Ganra tidak lagi harus ke Cangadi untuk mengikuti berbagai lomba kecamatan. Serta masih banyak manfaat lainnya yang dapat dirasakan oleh masyarakat.

Luas wilayah desa Ganra yaitu mencapai 21 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 3.244 Jiwa. Masyarakat desa Ganra mayoritas berprofesi sebagai Petani dan PNS sisanya mereka berprofesi di bidang wiraswasta, bahkan tidak sedikit dari mereka berprofesi ganda (PNS dan Petani). Ganra juga disebut-sebut sebagai desa yang banyak memberikan kontribusi di berbagai bidang di Kabupaten Soppeng. Pada sektor pangan (pertanian) Ganra dapat menghasilkan ratusan ton gabah dalam setiap panennya. Pada bidang pendidikan di Ganra terdapat beberapa lembaga pendidikan mulai tingkat TK sampai pada tingkat Menengah Atas serta banyaknya Tenaga Pengajar yang aktif di berbagai lembaga pendidikan yang tersebar dalam wilayah Ganra dan sebagian wilayah Kab. Soppeng. Dan pada bidang kepemudaan para pemuda-pemuda di desa Ganra sangat aktif melakukan kegiatan-kegiatan positif diantaranya adalah pengadaan Turnamen Sepak Bola yang dilaksanakan setiap tahunnya serta perlombaan MTQ yang rutin dilaksanakan pada Bulan Suci Ramadhan. Sedangkan  Pada Bidang Agama Ganra memiliki banyak Tokoh Agama (Kyai/Anre Gurutta) yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, Bahkan Ganra juga disebut-sebut sebagai “Gudang Ulama” Soppeng. Dll. Itulah sekilas gambaran umum tentang Desa GANRA.

            Dalam postingan ini saya sebagai putra asli Ganra memberanikan diri untuk menyajikan sebuah tulisan yang membahas tentang SEJARAH GANRA atas dorongan beberapa hal salah satunya karena Ganra itu dikenal dimana-mana tapi sejarahnya tidak pernah dikenal bahkan kami putra asli Ganra pun tidak kenal sejarah Ganra itu sendiri. Untuk mendapatkan informasi lengkap tentang sejarah Ganra sebenarnya bukanlah hal yang mudah karena penulis beranggapan sangat kurangnya literature atau lembaran sejarah yang menjelaskan tentang Ganra dalam sejarah Kerajaan Soppeng, bahkan silsilah Raja-Raja (Datu/Arung) yang pernah memangku jabatan di Kerajaan Ganra pada saat itu luput dari catatan sejarah (sungguh sangat disayangkan). Maka dalam tulisan ini penulis hanya menggunakan metode lisan untuk mendapatkan sumber-sumber sejarah dengan mendatangi Tokoh-Tokoh Masyarakat yang dapat dijadikan sebagai narasumber.

  1. Asal-Usul Penamaan Ganra

            Ganra sebenarnya dalam catatan sejarah Kerajaan Soppeng sering disebutkan  meskipun tidak menjelaskan secara rinci tentang bagaimana asal usul penamaan Ganra dan sejak kapan ada masyarakat yang bermukim pada wilayah tersebut.

            Menurut Narasumber (H. Badaruddin Bin H Andi Abd. Rahman) Ganra menurut Petta Adeemma’ berasal dari kata Anra’ (Pancingan/Umpan) atau Manganra’ (menangkap ayam hutan dengan cara menjadikan lawan jenis ayam tersebut sebagai umpan). Istilah tersebut yaitu bermula pada suatu wilayah kerajaan kecil yang terletak di sekitar hutan. Pada kerajaan itu terdapat seorang anak raja yang gemar menangkap ayam (manu’ ale’) di hutan dengan cara memasang Anra’ (umpan). Pada suatu ketika anak raja itu pulang dari hutan karna telah berhasil menangkap ayam dan setibanya di kerajaan dia pun ditanya oleh ayahnya tentang dimana ia mendapatkan ayam tersebut, anak raja itupun menjawab dengan wajah yang ceria “saya menangkapnya di hutan dengan cara memasang Anra’ puang”. Akhirnya karna anak raja tersebut sering-sering memasang Anra’ di hutan maka pada masa itu hutan tersebut dinamakan Anra’ oleh kebanyakan orang. Dan seiring dengan perubahan dialek bahasa pada lingkungan masyarakat maka kata Anra’ pun berubah menjadi Ganra. dari pendapat diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Ganra dulunya adalah merupakan hutan yang pada perkembangannya berubah menjadi pemukiman warga.

            Pendapat kedua bersumber dari cerita-cerita rakyat dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Soppeng yang mengatakan bahwa penamaan Ganra itu sebenarnya  diambil dari salah satu nama alat penenun tradisional suku bugis yang bernama Ganra (Fappalie) dengan alasan bahwa karna perkampungan Ganra itu berbentuk bundar (Mallebu Tello) maka pada masa itu masyarakat mengibaratkannya dengan Ganra (Fappalie) yang merupakan alat pemutar benang pada alat tenun yang berbentuk bundar.

            Sedangkan pendapat ketiga yang juga diperoleh dari cerita rakyat yang menjelaskan bahwa penamaan Ganra diambil dari kata Gendrang (Bedug), beberapa masyarakat meyakini bahwa dulunya wilayah tersebut pernah dilewati oleh seorang raja beserta bala tantaranya, tidak ada yang tau jelas raja itu dari mana, ada yang mengatakan raja dari Kerajaan Soppeng adapula beranggapan bahwa raja itu dari kerajaan Bone.  Pada saat melewati daerah tersebut (Ganra) raja memerintahkan kepada bala tentaranya untuk beristirahat sejenak karna sudah berjalan seharian. Dan sang raja memerintahkan kepada masyarakat setempat untuk menghiburnya dengan iringan musik tradisional, akhirnya masyarakat tersebut berinisiatif untuk memukul Gendrang (Bedug) dengan beragam irama agar sang raja tetap merasa terhibur. Sang Raja pun kemudian memberinya nama wilayah tersebut dengan Gendrang

  1. Kerajaan Ganra

Mungkin sebagian dari teman-teman dan warga Ganra sendiri tidak pernah menduga bahwa Ganra dulunya merupakan sebuah kerajaan. Menurut penuturan narasumber Ganra pada awalnya merupakan kerajaan seperti kerajaan-kerajaan Bugis pada umumnya. Akan tetapi siapa pernah menyangka bahwa Ganra ternyata adalah salah satu kerajaan tertua di tanah Bugis Soppeng. Hal tersebut dibenarkan oleh narasumber bahwa Kerajaan Ganra telah berdiri jauh sebelum bersatunya Kerajaan Soppeng Riaja (Sewo) dan Kerajaan Soppeng Rilau (Gattareng) sebagai kerajaan Soppeng yang bersatu pada tahun 1261 M.

            Narasumber sendiri tidak mengetahui secara pasti sejak tahun berapa kerajaan Ganra itu berdiri, Namun kerajaan ini diperkirakan sudah ada ratusan tahun yang lalu yang menurut sebagian masyarakat bahwa pemukiman warga pertama berada di daerah AbbanuangngE (sebelah utara kantor Kapolsek dan UPTD kec. Ganra). AbbanuangngE sendiri berasal dari kata Banua atau Wanua yang artinya wilayah, daerah atau kampung. Jadi AbbanuangngE dapat diartikan sebagai perkampungan. Menurut narasumber AbbanuangngE dulunya merupakan perkampungan Hindu yang dihuni oleh banyak Raja-Raja (Datu) yang pernah memangku jabatan sebagai Datu di Ganra. Petta Sakka adalah salah seorang warga Ganra yang sampai saat ini masih bermukim di wilayah tersebut dari penuturannya dia membenarkan bahwa dulunya AbbanuangngeE adalah kampung pertama di Ganra bahkan di wilayah itu beliau pernah mendapatkan barang-barang peninggalan zaman Hindu seperti piring tanah, mangkok dan guci (balubu).

            Petta Sakka menambahkan bahwa Orang Hindu Ganra pada masanya memiliki kebiasaan yang aneh bahkan terbilang sangat bodoh yaitu ketika hendak makan, Balubu yang digunakan sebagai tempat memasak nasi tersebut mereka harus pecahkan terlebih dahulu demi  mengeluarkan nasi di dalamnya. Jadi itulah sebabnya mengapa banyak pecahan balubu ditemukan di daerah tersebut karna boleh dibayangkan mereka sekali masak saja harus menghancurkan 1 (satu) balubu, dan anehnya kebiasaan tersebut justru diubah oleh seorang anaknya yang masih balita, mereka baru tahu ternyata nasi tersebut dapat dikeluarkan dengan cara mengambilnya dari mulut balubu tanpa harus memecahkannya yaitu pada saat mereka melihat anak kecil menggunakan potongan bambu (salima) sedang mencolek-colek nasi dan mengeluarkannya dari mulut balubu.

            Dan kebiasaan aneh lainnya menurut beliau adalah  kelambu (boco’) mereka tidak memiliki pintu di samping melainkan pintunya tepat berada di bagian atas kelambu, jadi diceritakan bahwa ketika mereka hendak masuk di kelambu untuk beristirahat atau tidur mereka harus terlebih dahulu memanjat di tiang penyangga rumah kemudian melompat masuk ke dalam kelambu. Dan lagi-lagi anak balita merekalah yang mengubah kebiasaan tersebut yaitu ketika mereka melihat anaknya di dalam kelambu merayap dan mencoba membuka kain kelambu di bagian samping lalu keluar dari kelambu tersebut, dan dari situlah mereka baru sadar ternyata kelambu tersebut dapat dibuatkan pintu di bagian samping. Lanjut  Petta Sakka menjelaskan bahwa itulah juga sebabnya mengapa orang Hindu Ganra dulu menganggap anak mereka sebagai Dewa karna dianggapnya sebagai utusan dari DewataE (Tuhan) untuk memberikan petunjuk kepada mereka demi mengubah kebiasaan-kebiasaan lama. Tentu kejadian tersebut terbilang sangat aneh dan lucu tapi kisah tersebut sering kita dengar dari cerita-cerita orang tua yang ada di Ganra yang sering mengatakan “madonggo mofa toriolota’ nakia walli ana’na” artinya adalah orang tua kita dahulu masih sangat bodoh akan tetapi anak mereka adalah seorang wali.

Selain daerah Abbanuangnge fakta historis lainnya yang dapat menguatkan bukti bahwa Ganra merupakan kerajaan tertua di Soppeng adalah terdapatnya daerah Pattunungnge yang tepat berada 260 m sebelah selatan daerah Abbanuange atau lebih tepatnya sebelah selatan pasar Ganra yang lokasinya mirip dengan pulau kecil yang berada di tengah hamparan sawah. Pattunungnge dalam bahasa Bugis dapat diartikan sebagai tempat pembakaran. Masyarakat Ganra percaya bahwa pada zaman Hindu wilayah tersebut dijadikan sebagai tempat pembakaran mayat orang-orang Hindu. Seperti yang kita ketahui pada umumnya kepercayaan orang Hindu yaitu pada saat keluarga mereka meninggal maka mereka akan membakarnya kemudian sisa-sisa abunya akan dimasukkan ke dalam guci (balubu) kemudian menguburnya.

Beberapa puluh tahun yang lalu bukti fisik tentang kebenaran adanya daerah Pattunungnge pun mencuat ketika seorang warga Ganra bernama Muh Najib M (Lanaji’) mendapatkan beberapa benda peninggalan Hindu setelah melakukan penggalian di beberapa titik di Pattunungnge. Menurut penuturan beliau hampir di setiap titik penggalian di Pattunungnge ia dapatkan benda-benda yang bermotif Hindu. Dari hasil penggaliannya beliau mengaku banyak mendapatkan guci (balubu), piring dan mangkok. Bahkan dari beberapa guci yang berhasil beliau temukan di dalamnya terdapat mahkotah raja, gelang, kalung dan cincin yang mengandung emas. Perhiasan-perhiasan tersebut diduga dulunya milik raja-raja (Datu) yang pernah memerintah di Kerajaan Ganra. akan tetapi pada saat penulis menanyakan tentang dimana keberadaan benda-benda tersebut sekarang, beliau mengaku telah menjualnya kepada kolektor barang antik sehingga yang tersisa di rumah beliau hanyalah benda-benda berupa mangkok dan piring saja yang beberapa bagiannya sudah pecah. Seperti Gambar di samping. Itulah sekilas argument dan bukti fisik yang membenarkan tentang eksistensi kerajaan Ganra pada masa silam.

Selanjutnya bagaimana posisi Ganra sebagai Kerajaan pada masa itu ?, seperti yang telah dijelaskan lebih awal oleh narasumber sekaligus orang tua kami yaitu H. Badaruddin Bin H Andi Abd. Rahman bahwa Ganra dulunya termasuk kerajaan tua karna telah memproklamirkan eksistensi kerajaannya jauh sebelum bersatunya kerajaan Soppeng Riaja dan Kerajaan Soppeng Rilau pada tahun 1261 M, bahkan beliau mengatakan bahwa kerajaan Ganra pada masa itu memiliki kedaulatan yang sejajar dengan kerajaan-kerajaan besar lainnya dan tentu saja bukan dilihat dari sisi luas wilayah kekuasaannya melainkan hanya dilihat dari sisi eksistensi kerajaannya. Sebelum memasuki abad ke XVII Ganra diyakini sebagai kerajaan yang berdiri sendiri (Independent State) yang tidak berada dibawah penguasaan kerajaan besar tertentu baik kerajaan Bone, Soppeng maupun Wajo.

Kirim Komentar

Nama
Telp./HP
E-mail

Komentar

Captha

Komentar Facebook

Aparatur Desa

Kepala Desa

ANDI WAHYU GUNAWAN, S.Sos.

Sekretaris Desa

AHMAD AFANDI, S.Pd.

Kaur Tata Usaha dan Umum

JUMARNI

Kaur Perencanaan

IRWAN, S.IP.

Kaur Keuangan

SUPRIADI, S.Kom.

Kasi Pemerintahan

SULFAIDAH, S.IP.

Kasi Pelayanan

ANDI SUDIRMAN

Kasi Kesejahteraan

NURLAELA

Kepala Dusun Bakke

MIRWANG

Kepala Dusun Ganra

MUHAMMAD TANG

Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri

Desa Ganra

Kecamatan Ganra, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan

Jam Kerja

Hari Mulai Selesai
Senin 08:00:00 16:00:00
Selasa 08:00:00 16:00:00
Rabu 08:00:00 16:00:00
Kamis 08:00:00 16:00:00
Jumat 08:00:00 16:00:00
Sabtu Libur
Minggu Libur

Sinergi Program

Media Sosial

Statistik Pengunjung

Hari ini:259
Kemarin:537
Total:92.730
Sistem Operasi:Unknown Platform
IP Address:98.80.143.34
Browser:Tidak ditemukan

Transparansi Anggaran

APBDes 2022 Pelaksanaan

Pendapatan

AnggaranRealisasi
Rp 2.239.690.779,00Rp 1.183.228.996,00

Belanja

AnggaranRealisasi
Rp 2.431.137.966,00Rp 1.132.172.487,00

Pembiayaan

AnggaranRealisasi
Rp 191.447.187,00Rp 247.379.463,00

APBDes 2022 Pendapatan

Hasil Usaha Desa

AnggaranRealisasi
Rp 10.250.000,00Rp 10.250.000,00

Lain-lain Pendapatan Asli Desa

AnggaranRealisasi
Rp 0,00Rp 18.093.013,00

Dana Desa

AnggaranRealisasi
Rp 791.958.000,00Rp 409.839.840,00

Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi

AnggaranRealisasi
Rp 78.504.631,00Rp 0,00

Alokasi Dana Desa

AnggaranRealisasi
Rp 1.358.978.148,00Rp 745.046.143,00

APBDes 2022 Pembelanjaan

Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa

AnggaranRealisasi
Rp 943.018.155,00Rp 464.504.803,00

Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

AnggaranRealisasi
Rp 596.140.115,00Rp 239.710.700,00

Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa

AnggaranRealisasi
Rp 367.322.313,00Rp 236.600.000,00

Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa

AnggaranRealisasi
Rp 204.257.383,00Rp 161.656.984,00

Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat Dan Mendesak Desa

AnggaranRealisasi
Rp 320.400.000,00Rp 29.700.000,00

Lokasi Kantor Desa

Latitude:-4.322551727005498
Longitude:119.9332031607628

Desa Ganra, Kecamatan Ganra, Kabupaten Soppeng - Sulawesi Selatan

Buka Peta

Wilayah Desa